REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Mobil
diparkirkan di pinggir jalan setelah menempuh perjalanan 20 kilometeran
dari Masjidil Haram. Udara Ahad pekan lalu sungguh terik. Setelah
membuka pintu mobil, kami langsung berlari kecil menuju sebuah gedung
megah yang berada dekat wilayah padang pasir Hudaibiyah.
Kami
dari tim Media Center Haji (MCH) siang itu mengunjungi Museum Arsitektur
Dua Masjid Suci yang lebih dikenal dengan sebutan Museum Ka’bah.
Mengunjungi museum ini selalu menjadi satu paket dengan ziarah ke
peternakan unta di padang pasir Hudaibiyah dan masjid Hudaibiyah yang
menjadi titik miqat bagi jamaah umrah.
Beberapa jamaah memilih
melihat-lihat dahulu Museum Kab’bah sebelum bertandang ke peternakan
unta sebelum akhirnya mengambil miqat di Masjid Hudaibiyah untuk
melakukan umrah. Tapi, ada juga jamaah yang datang ke museum dalam
kondisi sudah berpakaian ihram. ‘’Kami awalnya mau ke museum dulu. Tapi,
berhubung penuh, kami baru ke sini setelah miqat dari Masjid
Hudaibiyah,’’ kata Niam dari kloter SOC-41.
Seperti dilaporkan
Didi Purwadi, wartawan Republika dari Tanah Suci, Museum memamerkan
benda-benda kuno yang menjadi bagian dari perjalanan sejarah dua masjid
suci di Makkah dan Madinah. Ada beberapa benda yang sudah sangat tua
berusia ribuan tahun. Salah satunya tangga untuk naik ke pintu Ka’bah
yang dibuat tahun 1240 H.
Ada juga pintu kayu Ka’bah yang
kabarnya dibuat awal abad 14 M. Ada pintu mimbar Ottoman di Masjid
Nabawi yang dibuat atas perintah Sultan Murad III pada 998 H. Begitu
pula replika sumur tua zamzam yang dulu dilingkari dengan pagar almunium
berbentuk lingkaran dengan diameter sekitar 3 meter dan tinggi 1,5
meter.
Bagian ini menampilkan pagar lama sumur zamzam dan ember
kuningan dengan tahun pembuatan 1299 H. Ember digunakan untuk menimba
air sebelum ada sistem pompa. Mesin jahit tua untuk menjahit kain
penutup Ka’bah juga ditampilkan di museum ini.
Museum Ka’bah
tidak hanya menghadirkan masa lalu Ka’bah dalam potongan benda-benda
kunonya. Masa lalu juga dihadirkan dalam potongan-potongan foto jadul
Makkah dan Madinah dari hasil jepretan fotografer Mesir, Sadiq Bik, pada
kurun waktu 1297-1298 H. Foto-foto tersebut merupakan koleksi almarhum
Pangeran Sultan bin Abdul Aziz yang disumbangkan untuk museum.
Museum
yang buka setiap hari selama musim haji itu juga membuka rasa penasaran
jamaah yang ingin mengetahui apa yang terdapat di dalam Ka’bah.
Beberapa barang atau benda di dalam Ka’bah yang berusia ratusan tahun
ini dipamerkan di museum yang buka mulai pukul 08.00 sampai 14.30 dan
16.00 sampai 22.00 waktu Saudi ini.
Ada lemari kayu berbentuk
kotak dengan ukuran sisi-sisinya sekitar 1,2 meter. Posisi lemari ini
tepat berada di depan pintu Ka’bah dari posisi dalam. Ada juga tiang
setinggi 9 meter dengan diameter 50 cm yang menjadi penyangga bagian
dalam Ka’bah. Jumlahnya sebanyak tiga tiang.
Mengelilingi
sudut-sudut Museum Arsitektur Dua Masjid Suci seperti menapaki masa lalu
Makkah dan Madinah. Dan, pengunjung museum yang datang dari berbagai
negara termasuk jamaah haji Indonesia tak ingin melewatkan momen masa
lalu. Mereka berswafoto (selfie) dengan latar benda-benda kuno Ka’bah
atau Masjid Nabawi.
Redaktur : Damanhuri Zuhri |
No comments:
Post a Comment