spiritual kita seperti laut, kadang pasang kadang surut, jiwa kita seperti langit, kadang cerah kadang mendung, pengetahuan kita seperti kaca, kadang jernih kadang buram---------Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah.Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar. ~ Sayidina Umar bin Khattab

Tuesday 27 October 2015

Mencintai Apa Adanya

"Jika sekarang Anda memiliki seorang yang sangat dicintai, ingatlah selalu kebaikannya, sayangilah segalanya, agar segala perasaan yang  indah menjadi nyata."


Tahun itu dia mendadak muncul, Xiao Cien namanya. Tampangnya tidak  seberapa. Di bawah dukungan teman sekamar, dengan memaksakan diri aku  bersahabat dengan dia. Secara perlahan, aku mendapati bahwa dia  adalah orang yang penuh pengertian dan lemah lembut.

Hari berlalu, hubungan kami semakin dekat, perasaan di antara kami  semakin menguat, dan juga mendapat dukungan dari teman-teman. Pada  suatu hari di tahun kelulusan kami, dia berkata padaku, "Saya telah  mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi, tetapi di Amerika, dan  saya tidak tahu akan pergi berapa lama, kita bertunangan dulu, bolehkah?"  Mungkin dalam keadaan tidak rela melepas kepergiannya, saya mengangguk.

Oleh karena itu, sehari sesudah hari wisuda, hari itu menjadi hari  pertunangan kami berdua. Setelah bertunangan tidak berapa lama, bersamaan  dengan ucapan selamat dan perasaan berat hati dalam hatiku, dia  menaiki pesawat dan terbang menuju sebuah negara yang asing. Saya juga  mendapatkan sebuah pekerjaan yang bagus, memulai hari bekerja dari jam 9   pagi hingga jam 5 sore. Telepon internasional merupakan cara kami untuk tetap berhubungan dan melepas kerinduan.

Suatu hari, sebuah hal yang naas terjadi pada diriku. Pagi hari, dalam  perjalanan menuju tempat kerja, sebuah taksi demi menghindari sebuah  anjing di jalan raya, mendadak menikung tajam.....

Tidak tahu lewat berapa lama saya pingsan. Saat siuman telah berada di  rumah sakit, dimana anggota keluarga menunggu mengelilingi tempat tidur  saya. Mereka lantas memanggil dokter.

"Pa?" saya ingin memanggilnya tapi tidak ada suara yg keluar.  Mengapa? Mengapa saya tidak dapat memanggilnya? Dokter mendatangiku dan  memeriksa, suster menyuntikkan sebuah serum ke dalam diriku, mempersilahkan  yang lainnya untuk keluar terlebih dahulu.

Ketika siuman kembali, yang terlihat adalah raut wajah yang sedih dari  setiap orang, sebenarnya apa yang terjadi. Mengapa saya tidak dapat  bersuara?  Ayah dengan sedihnya berkata, "Dokter bilang syaraf kamu mengalami luka,  untuk sementara tidak dapat bersuara, lewat beberapa waktu akan membaik."

"Saya tidak mau!" saya dengan berusaha memukul ranjang, membuka mulut  lebar-lebar berteriak, tapi hanya merupakan sebuah protes yang tidak  bersuara. Setelah kembali ke rumah, kehidupanku berubah. Suara telepon yang  didambakan waktu itu, merupakan suara yang sangat menakutkan sekarang ini.  Saya tidak lagi  keluar rumah, juga menjadi seorang yang menyia-nyiakan diri, ayah mulai  berpikir untuk pindah rumah. Dan dia? di belahan bumi yang lain, yang  diketahui hanyalah saya telah membatalkan pertunangan kami, setiap telepon  darinya tidak mendapatkan jawaban, setiap surat yang ditulisnya bagaikan  batu yang tenggelam ke dasar lautan.

Dua tahun telah berlalu, saya secara perlahan telah dapat keluar dari masa  yang gelap ini, memulai hidup baru, juga mulai belajar bahasa isyarat untuk  berkomunikasi dengan orang lain.

Suatu hari, Xiao Cien memberitahu bahwa dia telah kembali, sekarang bekerja  sebagai seorang insinyur di sebuah perusahaan. Saya berdiam diri, tidak mengatakan apapun. Mendadak bel pintu berbunyi, berulang-ulang dan  terdengar tergesa-gesa. Tidak tahu harus berbuat apa, ayah menyeretkan  langkah kakinya yang berat, pergi membuka pintu.

Saat itu, di dalam rumah mendadak hening. Dia telah muncul, berdiri di  depan pintu rumahku. Dia mengambil napas yang dalam, dengan perlahan  berjalan ke hadapanku, dengan bahasa isyarat yang terlatih, dia berkata,  "Maafkan saya! Saya terlambat satu tahun baru menemuimu. Dalam satu tahun  ini, saya berusaha dengan keras untuk mempelajari bahasa isyarat, demi
untuk hari ini. Tidak peduli kamu berubah menjadi apapun, selamanya kamu  merupakan orang yang paling kucintai. Selain kamu, saya tidak akan  mencintai orang lain, marilah kita menikah!"


"Friends are angels who lift us to our feet when our wings have trouble  remembering how to fly." (Unknown, Friendship Quotation)

No comments:

Post a Comment