spiritual kita seperti laut, kadang pasang kadang surut, jiwa kita seperti langit, kadang cerah kadang mendung, pengetahuan kita seperti kaca, kadang jernih kadang buram---------Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah.Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar. ~ Sayidina Umar bin Khattab

Thursday 26 February 2015

Belajar fiqih 4

�� Halaqoh 4
�� Muqaddimah
�� Keutamaan Menuntut Ilmu (bag. 3)
�� Oleh Ust. Abu Ziyad Eko Haryanto, MA
--------------------

بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ

أَلْحَمْدُ لِلّهِ وَالصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللّهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

Ikhwan dan akhwat yang dimuliakan Allāh, pada pertemuan ke-4 kajian fiqh syarah matan Abu Syuja' ini kita masih melanjutkan apa yang telah kita sampaikan pada pertemuan ke-3 yaitu tentang keutamaan tafaqquh fiddīn dan belajar syari'ah Islam yang mulia ini.

Setelah kita bawakan hadits-hadits dan ayat-ayat yang menunjukkan tentang keutamaan thalabul 'ilm, kita akan nukilkan beberapa perkataan para ulama tentang thalabul 'ilmi ini.

Diantaranya adalah:
Yang diriwayatkan dari  Al Imam Ahmad (imam ahlis sunnah), beliau mengatakan dalam Kitab Mathālib 'Ulin Nuha karya Ar-Ruhaibani, bahwasanya Ibnu Manshur menukil perkataan Imam Ahmad, beliau mengatakan:

أَنَّ تَذَاكُر بَعْض لَيْلَةٍ فِيْ مَسَائِلِ العِلْمِ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ إِحْيَائها

Bahwasanya mempelajari/mengingat/mudzakarah di beberapa (beberapa bagian dari) malam hari (mengingat dan mempelajari masalah-masalah ilmiah) itu lebih beliau cintai daripada menghidupkan malam tersebut.

Maksudnya menghidupkannya dengan beribadah seperti shalat tahajjud, membaca Alqur'an, dzikir dan yang lainnya.

Beliau mengatakan:

وَأَنَّهُ الْعِلْمُ الَّذِيْ يَنْتَفِعُ بِهِ النَّاسَ فَيْ أَمْرِ دِيْنِهِمْ

Maksudnya adalah ilmu yang bermanfaat bagi manusia dalam kehidupan beragama mereka

Kemudian Ibnu Manshur mengatakan :

اَلصَّلاَةُ وَالصَّوْمُ وَالحَجُّ وَالطَّلاَقُ وَالنَّحوِ هَذَا؟ قَالَ: نَعَمْ

Masalah tentang shalat, puasa, haji dan perceraian dan yang semacamnya? Beliau menjawab: Ya.

Masalah-masalah itulah yang kita bahas dan kita muraja'ah.

Dan beliau lebih suka belajar ilmu dan mempelajarinya atau mengajarkannya daripada ibadah-ibadah sunnah yang lainnya.

Syikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan:

أَلْعِلْمُ المَمْدُوْحٌ أَلَّذِيْ دَلَّ عَلَيْهِ الْكِتَاب والسُّنَّة هُوَ الْعِلْمُ الَّذِيْ وَرَاثَتْهُ اَلأَنْبِيَاء كَمَا قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاء ِ، إِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا، إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

Bahwasanya ilmu yang mulia (ilmu yang terpuji) adalah ilmu yang berdasarkan Alkitab dan Sunnah, yaitu ilmu yang merupakan warisan para Nabi, sebagaimana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidaklah meninggalkan warisan berupa uang emas maupun uang perak, namun mereka mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambil ilmu dan mempelajarinya maka sungguh dia telah mengambil sebuah warisan yang sangat berharga."

Imam Nawawi rahimahullāh menjelaskan tentang makna hadits :

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

"Barangsiapa yang meniti jalan menuntut ilmu maka Allāh akan mudahkan jalan baginya menuju surga".

Beliau mengatakan:

فِيْ الحَدِيْثِ صَدْلُ السَّاعِدِ طَلَبِ العِلْمِ  ُ

Dalam hadits ini ditujukan tentang keutamaan menuntut ilmu.

Dan yang dimaksud menuntut ilmu disini adalah ilmu syar'i yang disyaratkan dalam menuntutnya adalah wajah Allāh, bukan menuntut ilmu karena ingin disebut sebagai seorang 'alim, tidaklah dituntut ilmu itu dengan tujuan untuk mendapatkan gelar dan kedudukan, tidak pula untuk mendapatkan kehidupan dunia yang sementara ini. Namun, tujuan dalam menuntut ilmu hanyalah wajah Allāh.

Kenapa?

Karena ikhlash dalam belajar adalah merupakan syarat, dimana belajar adalah ibadah. Dan setiap ibadah itu harus dilakukan karena Allāh semata.

Ibnu Hajar rahimahullāh ketika menafsirkan firman Allāh Subhānahu wa Ta'ālā tentang :

وَقُلْ رَبِّي زِدْنِي عِلْماً‏ (طه ١١٤)

Beliau mengatakan, ayat ini merupakan dalil yang sangat jelas tentang keutamaan ilmu. Dimana Allāh Subhānahu wa Ta'ālā tidaklah menyuruh Nabinya untuk meminta tambahan sesuatu kecuali sesuatu yang sangat penting. Dan disini Allāh menyuruh nabiNya untuk meminta tambahan ilmu: "Dan katakanlah Muhammad, 'Ya Rabbku, berikanlah aku tambahan ilmu'."

Dan yang dimaksud ilmu disini adalah ilmu syar'i yang wajib diketahui oleh setiap muslim, yang terkait dengan masalah-masalah dalam agamanya, ibadahnya, muamalahnya.

Ilmu tentang Allāh, tentang sifat-sifatNya, NabiNya, syari'at Islam secara umum, yang akan mengantarkan dia kepada kebahagiaan didunia maupun di akhirat.

Dan ilmu ini tentunya tidak bisa dicapai kecuali belajar dengan ikhlash dan mendengarkan/mendekati para ulama.

Demikianlah yang bisa kita sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat.

بِاللهِ التَوْفِيْقِ وَالْهِدَايَةِ
وَصَلَّى اللّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

��Transkriptor: Ummu 'Abdirrahman
♻ Editor : Dr. Farid Fadhillah Abu Abdillah
�� Murojaah : Ust. Abu Ziyad Eko Haryanto M.A.

No comments:

Post a Comment