spiritual kita seperti laut, kadang pasang kadang surut, jiwa kita seperti langit, kadang cerah kadang mendung, pengetahuan kita seperti kaca, kadang jernih kadang buram---------Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah.Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar. ~ Sayidina Umar bin Khattab

Sunday 15 March 2015

Belajar fiqih 15

�� Halaqoh 15
�� Sunnahnya Siwak
�� Oleh Ust. Abu Ziyad Eko Haryanto, MA
------------------------

بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
 
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَ نَسْتَهْدِيْهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ باللّهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ.

اَللَّهُمَّ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ وَ تُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.

رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي.

Ikhwan dan akhwat, para peserta kajian fiqh Syafi'i dari kitab Syarh Matan Abu Syujā' yang dimuliakan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Pada pertemuan kali ini kita akan lanjutkan pembahasan tentang :

• Penggunaan Siwak Dalam Membersihkan Mulut Kita •

Siwak secara bahasa adalah menggosok (addalk الدلك).
• Siwak juga digunakan/diithlaqkan  untuk alat yang dipakai untuk menggosok gigi.
• Disebut assiwāk atau almiswāk (alat yang digunakan untuk membersihkan gigi)
• Assiwāk juga digunakan untuk perbuatan "menggosok gigi".
• Siwak (melakukan gosok gigi) bisa menggunakan alat apa saja yang agak kasar yang bisa membersihkan kotoran yang ada pada gigi.

Namun yang paling baik, siwak itu menggunakan kayu arak (semacam akar dari pohon arak yang banyak tumbuh di daerah gurun pasir). Akar ini ketika dipotong maka didalamnya ada serat yang sangat halus, lebih halus dari bulu sikat gigi.

Keistimewaan pohon arak ini memiliki zat-zat yang sangat bermanfaat untuk gigi, menguatkan dan melindungi gigi dan menguatkan gusi dari pendarahan dan kerusakan.

Oleh karena itu Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menggunakan kayu arak ini sebagai alat untuk bersiwak.

Namun pada hakikatnya siwak adalah perbuatan untuk membersihkan gigi tersebut.

Oleh karena itu, sekalipun tidak menggunakan kayu arakpun, sunnah ini bisa kita lakukan.

Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara mu'allaq, dari 'Aisyah radhiyallāhu 'anhā, Beliau bersabda:

السِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ

"Siwak bisa membersihkan mulut dan menyebabkan keridhaan Allāh."

Oleh karena itu, siwak hukumnya sunnah.

Dan Muallif mengatakan: Membersihkan (menggosok) gigi dengan siwak hukumnya sunnah pada setiap keadaan.

Jadi kapanpun kita menggunakan siwak itu hukumnya sunnah.

Dalam madzhab Syafi'i, apabila telah tergelincir matahari bagi orang yang berpuasa itu hukumnya tidak sunnah lagi, tetapi makruh.

Jadi apabila ada orang puasa maka sebaiknya dia tidak gosok gigi setelah lewat tengah hari atau setelah tergelincirnya matahari.

Apa alasan madzhab Syafi'i mengambil hukum tersebut?

Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallāhu 'anhu, bahwasanya Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda :

لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

"Bau mulutnya orang yang berpuasa itu lebih harum (nanti baunya) disisi Allāh dari minyak misk (kasturi)".

Dan baunya mulut orang puasa biasanya mulai menguat setelah tergelincir matahari.

Oleh karena itu, setelah tergelincir matahari orang yang berpuasa tidak perlu membersihkan gigi lagi karena bau mulutnya akan berakibat sangaz harum di akhirat kelak disisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita tahu bahwasanya:
• minyak misk baunya sangat harum
• harganya sangat mahal karena sulit mendapatkannya.
• diambil dari keringat atau riak kijang yang berlari dengan sangat kencang dan diambil lendirnya dan dijadikan sebagai bahan baku minyak misk.

Ketika orang berpuasa itu dia muncul yang tidak sedap, ini Allāh ganti nanti di akhirat dengan bau yang sangat harum karena munculnya bau ini diakibatkan karena ibadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Seperti orang yang mati syahid kemudian dia terluka dengan luka yang berdarah, maka itu nanti di akhirat akan dirubah oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

َاللَّوْنُهُ لَوْنُهَا الدَّمِ وَالرَّائِحَةُ رَائِحَةُ الْمِسْكِ

Orang yang terluka di medan perang dan mati syahid maka dihadapan Allāh akan menghadap dengan luka yang ada seperti didunia (darah berwarna merah) namun baunya sangat harum karena luka itu disebabkan perjuangan untuk membela agama Allāh.

Namun madzhab tentang makruhnya bersiwak setelah tergelincir matahari ini dibantah oleh Imam An-Nawawi. Imam An-Nawawi adalah seorang mujtahid besar juga dalam madzhab Syafi'i dan beliau juga menyelisihi imamnya.

Beliau mengatakan bahwasanya bersiwak secara umum itu sunnah, baik sebelum maupun setelah tergelincir matahari karena tidak ada dalil yang khusus tentang pelarangan tidak bolehnya seseorang itu bersiwak setelah tergelincirnya matahari.

واختار النووي عدم الكراهة مطلقاً

Imam An-Nawawi memilih bahwa tidak makruh secara muthlaq bagi orang yang berpuasa baik sebelum maupun sesudah tergelincir matahari. (dikatakan oleh Imam An-Nawawi dalam kitabnya Al-Majmū' juz 1 hal 269 dan Minhājuth Thalibīn hal 35)

Demikian yang terkait dengan sunnahnya siwak dan madzhab Syafi'i dalam masalah ini.

Terima kasih

بِاللَّهِ التَّوْفِيْقِ وَ الْهِدَايَةِ.
وَصَلَّى اللّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
___________________
�� Transkriptor : Ummu 'Abdirrahman
♻ Editor : Dr. Farid Abu Abdillah
�� Murojaah : Ust. Abu Ziyad Eko Haryanto M.A.

No comments:

Post a Comment