spiritual kita seperti laut, kadang pasang kadang surut, jiwa kita seperti langit, kadang cerah kadang mendung, pengetahuan kita seperti kaca, kadang jernih kadang buram---------Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah.Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar. ~ Sayidina Umar bin Khattab

Tuesday 17 March 2015

Belajar fiqih 16

�� Halaqoh 16
�� Waktu-waktu Yang Dianjurkan Untuk Bersiwak
�� Oleh Ust. Abu Ziyad Eko Haryanto, MA
------------------------

بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
أَلْحَمْدُ لِلّهِ وَالصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ سَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

Ikhwan dan akhwat yang saya cintai dan saya hormati, pada kesempatan kali ini kita memasuki halaqoh yang ke-16 dan kita masih melanjutkan tentang hukum siwak dan waktu-waktu yang disunnahkan untuk bersiwak.

Dikatakan oleh Muallif :
Bahwasanya bersiwak pada 3 tempat berikut adalah sangat disunnahkan dan diutamakan.

① Sangat disunnahkan untuk bersiwak ketika bau mulut berubah (bau menyengat) dikarenakan azmin (sukūtun thawīl/diam yang lama) atau karena yang lainnya.

Bau mulut itu bisa berubah karena dia lama tidak mengkonsumsi makanan, seperti orang yang berpuasa atau orang yang bangun tidur (akan dibahas tersendiri)

Yang jelas, orang yang lama tidak mengkonsumsi makanan biasanya bau mulutnya akan lebih terasa, maka ini disunnahkan untuk bersiwak.

② Bau mulut berubah karena hal yang lain, misal seperti mengkonsumsi makanan-makanan yang menimbulkan bau, seperti bawang, daun bawang, bawang putih dan lainnya, terutama yang mentah (tidak dimasak), ini menimbulkan bau mulut yang cukup menyengat.

Oleh karena ketika seseorang habis makan makanan yang menimbulkan bau (pete atau makanan lain yang baunya sangat kuat) disunnahkan untuk bersiwak supaya tidak mengganggu oranglain.

③ Disunnahkan juga untuk bersiwak ketika dia bangun dari tidur. Karena orang yang tidur biasanya bau mulutnya akan sangat kuat karena semalaman dia tidak mengkonsumsi makanan sementara lambungnya terus bekerja.

④ Seseorang sangat dianjurkan untuk bersiwak ketika dia akan pergi melakukan shalat berjama'ah ke masjid (terutama untuk laki-laki) karena dia akan bertemu dengan banyak orang.

Bahkan orang yang memakan makanan yang bau seperti daun bawang, bawang merah, bawang putih, itu dilarang oleh Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam untuk mendekati masjid.

Kata Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

من أكل من هاتين الشجرتين الخبيثتين ، فلا يقربن مساجدنا فإن الملائكة تتأذى مما يتأذى منه الإنس

"Barangsiapa yang makan dari buah daun ini (maksudnya bawang merah dan bawang putih atau daun bawang an bawang) maka janganlah mendekati masjid kami (jangan shalat berjama'ah), karena malaikat yang hadir di masjid (untuk menyaksikan shalat berjama'ah) akan terganggu seperti manusia (juga terganggu oleh manusia yang tidak membersihkan mulut/giginy ketika mau shalat karena baru mengkonsumsi benda-benda yang menyebabkan berubahnya bau mulutnya menjadi tidak sedap)."

Termasuk juga bukan hanya bau mulut, tapi bau keringat, bau kaus kaki, bau baju yang lama tidak dicuci ini juga termasuk hal-hal yang mengganggu jama'ah lain dan tentunya malaikat juga terganggu.

Oleh karena itu masalah bau ini diqiyaskan kepada bau-bau yang mengganggu jama'ah yang lain. Kalau dia akan mengganggu oranglain, kekhusu'annya akan terganggu, bahkan kadang-kadang orang ada yang pindah dari samping orang yang bau tadi karena tidak tahan, sehingga shalatnya tidak akan khusyu'. Daripada dia tidak khusyu' maka lebih baik dia pindah. Ini adalah indikasi bahwa dia tidak layak untuk shalat berjama'ah, bahkan Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melarang dengan mengatakan "Janganlah dia mendekati masjid kami, ketika seseorang hendak shalat disunnahkan untuk bersiwak."

• ADAB BERSIWAK •
Kemudian adab bersiwak disebutkan ada beberapa adab, yaitu:

⑴ Menggunakan kayu arak (ini yang paling bagus).

Kalau tidak ada maka bisa menggunakan apa saja yang bisa menghilangkan kotoran dari gigi seperti sikat gigi, pasta gigi atau semacamnya. Itu juga berfungsi seperti siwak sehingga tidak mengapa dipakai.

⑵ Disunnahkan bersiwak mulai dari sebelah kanan karena Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

كان رسول الله يحب التيامن في تطهره وترجله وطهوره وفي شأنه كله

Bahwasanya Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam senang memulai dari sebelah kanan dalam bersucinya, dalam memakai sisir dan semua urusan (yang berpasangan kanan kiri maka Beliau selalu mendahulukan yang sebelah kanan). Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam kitab shahihnya.

⑶ Disunnahkan bersiwak dari arah atas ke bawah (gigi digosok dari atas ke bawah, bukan dari kanan ke kiri). Karena dengan menggosok dari atas ke bawah itu dia akan membersihkan gigi tanpa merusaknya. Sedangkan kalau menggosok dengan cara melintang akan bisa merusak gusi.

⑷ Disunnahkan untuk berkumur-kumur dulu sebelum bersiwak untuk menghilangkan kotoran-kotoran atau sisa-sisa makanan yang ada dimulut.

⑸ Disunnahkan membersihkan siwak setelah dipakainya supaya tidak ada kotoran yang tersisa di siwak tersebut yang nanti dapat menimbulkan bau yang tidak sedap.

⑹ Disunnahkan anak kecil (anak-anak kita) dibiasakan untuk menggosok gigi, baik dengan menggunakan kayu arak ataupun sikat gigi supaya mereka terbiasa menjaga kebersihan. Sehingga ketika dewasa dia tidak perlu lagi disuruh-suruh atau malas untuk bersiwak yang itu merupakan ajaran yang sangat mulia dari dīnul Islam, syari'at Islam yang sempurna ini.

Demikianlah halaqoh yang ke-16 ini, mudah-mudahan bermanfaat.

بِاللَّهِ التَّوْفِيْقِ وَ الْهِدَايَةِ.
وَصَلَّى اللّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
___________________
�� Transkriptor : Ummu 'Abdirrahman
♻ Editor : Dr. Farid Abu Abdillah
�� Murojaah : Ust. Abu Ziyad Eko Haryanto M.A.

No comments:

Post a Comment